January 2, 2016

Cerita Tentang Keluarga Ketua Umum Nasyiatul Aisyiyah Karanganyar (Lailatul Hasanah)

Saya ucapkan terima kasih yang mendalam kepada ibu Lailatul Hasanah atau yang biasa disebut dengan nurlaela. Beliau merupakan ketua umum Nasyiatul Aisyiyah di Karanganyar, Jawa Tengah. Sebelumnya saya tidak tahu kalau bu laila yang saya kenal itu ternyata merupakan ketua umum dari Nasyiatul Aisyiyah di Karanganyar. Wah satu lagi hal yang membuat saya kagum akan beliau. Saya sangat kenal dengan ibu laila dan keluarganya. Bahkan sewaktu sekolah menengah saya belajar di pondoknya. Saya kenal dengan semua ahli keluarganya, seperti Ibu Sus, Bapak Maksum, Bapak Nurcholish, Ibu eva bahkan sampai faiz (anak kedua bu laila), Pak Abu (suaminya bu laila).

Gambar diambil dari gkhwklaten.org
Nah, kebetulan suaminya bu laila ini merupakan seorang pendekar (di tapak suci orang yang sudah memakai sabuk hitam itu mempunyai kedudukan tertinggi dibanding sabuk kuning dan biru). Nah, disabuk kuning ini sendiri ada bintang 1,2,3,4 selanjutnya baru dapat sabuk biru(sebagai pelatih/kader) di sabuk biru ini juga ada tingkatannya, ada bintang 1,2,3,4 baru akan mendapatkan sabuk hitam. Perlu diketahui bahwa untuk mendapatkan bintang itu susah, perlu ada penyematan sabuk, dan untuk mendapatkan itu kita harus siap di “Gojlok” dulu, yah biasa lah kegiatan seperti itu karena memang bagaimanapun di tapak suci itu yang diandalkan adalah kekuatan fisik, kekuatan kaki, tangan, kecepatan dan ketepatan sasaran. Namun, satu hal yang membuat saya bangga ialah TS ini mengusung misi dakwah yakni amar ma’ruf nahi munkar. Saya masih ingat dulu pernah ada seorang pendekar berkata,” kalian boleh mempelajari ilmu bela diri atau semacamnya diluar tapak suci seperti taekwondo, judo, Setia Hati, atau entah apapun itu tapi yang paling penting ialah kalian masih tetap tapak suci.

Nah, selama saya belajar di pesatrennya bu laila, saya merupakan santriwati yang sangat spesial dan berbeda dengan santri lain. Yah, karena saya telah berhasil mengubah kebiasaan di pesantren. Dulu, santriwati tak diperbolehkan membawa handphone selama di asrama. Nah, suatu hari saya membawa handphone dan saya titipkan kepada ibu asrama yang tak lain dan tak bukan ialah ibunya bu laila sendiri. Ketika libur saya minta handphone tersebut di pagi hari dan sorenya saya kembalikan ke ibu sus lagi,  Lama kelamaan santriwati lain juga melakukan hal yang sama seperti yang sudah saya lakukan. Awalnya sih hanya satu teman saya eh lama kelamaan semua pada bawa. Bagaimana? hebatkan saya ya? Saya mampu mengubah kebiasaan pesantren tersebut dan mempengaruhi santriwati lain, hahahaa. Saya tahu sih sebenarnya mereka juga berontak tapi takut karena ada peraturan. Tapi, saya tak takut orang saya bukan maling laya kan. Hehehee nakalnya saya ini… Maaf ya ibu bukan maksud hati nak ubah adat di pesantren tu, salah siapa mereka juga ikut-ikutan saya, ckckckkkckk

No comments: